Senin, 12 Januari 2015

Ulasan Kritik Seni Rupa


Angry Happy
Nahyu Rahma Fathriani
70 x 50 cm
watercolor on paper
2012

Karya diatas adalah salah satu karya seniman dari Semarang-Jawa Tengah yang juga merupakan alumnus Jurusan Seni Rupa FBS UNNES lulusan tahun 2006. Nahyu Rahma Fathriani menjadi nama seniman yang terlintas dibenak saya ketika mendapat tugas menulis kritik Seni Rupa seniman Semarang. Saya melihat karya ini di pameran  Tracking and Finding usungan Komunitas KOTAKGILA yang bertempat di Club Merby. 

Satu hal yang paling menarik adalah sosok “wanita kucing” dalam karya ini. Saya mulai mencari dan bertanya mengenai karya si seniman dan saya mendapati bahwa Nahyu Rahma Fatriani seringkali mengungkapkan karyanya dalam wujud “wanita kucing”-wanita berkepala kucing. Kabarnya ini didasarkan pada kecintaan Nahyu terhadap binatang lucu dan manja ini. 


Angry Happy merupakan salah satu karya Nahyu yang menampilkan wajah kucing dalam figure seorang wanita.Sejenak pemilihan judul ini mengingatkan saya peda salah satu games yeng terkenal dan booming  dalam beberapa waktu yang lalu.  Dibuat dengan media cat air diatas kertas berukuran 70 x 50 cm, Nahyu menggunakan nuansa Grayscale. Karya Angry Happy ini menampilkan portrait close up wanita berwajah kucing yant telihat menggenggan kepala dengan dua tangan yang terlihat seperti kesan marah atau pusing akan suatu hal, hal ini ditambahkan dengan raut wajah kucing yang menunjukkan ekspresi antara bahagia marah. Satu hal yang menggelitik adalah judul karya ini yaitu Angry Happy, sangat jelas ketika Nahyu menggunakan kata behasa Inggris Angry yang berarti juga marah namun menambahinya dengan Happy diawalnya menjadikan karya ini berjudul menggelitik yaitu Bahagia Marah.

Antara Mitos dan Kecintaan

Karya Angry Happy menampilkan wanita yang berwajah kucing yang berangkat dari kesukaannya dengan binatang peliharaan kucing. Di sisi lain terdapat fakta bahwa Nahyu mencoba mengangkat penggambaran mitos Yunani Dewi Baht, yang dikenal pula dengan Dewi Kucing. Mitos adalah suatu bentuk cerita yang tidak jelas siapa yang membuat namun diyakini benar dan seringkali berhubungan dengan dunia luar atau dunia gaib dan  berhubungan erat dengan kepercayaan. Menapilkan metafora wajah kucing sebagai ikon wajah manusia agaknya menjadi simbolisasi sifat wanita yang mirip dengan hewan berbulu ini yaitu manja.

Dalam karyanya ini Nahyu menampilkan close up hitam putih yang memiliki focus pada wajah kucing. Pemilihan warna yang tidak meriah justru menjadikan karya ini nampak focus yaitu kesan yang merujuk pada judul karyanya Angry Happy. Di sisi lain hal ini menjadi menarik mengingat judul karya yang Nahyu pilih adalah Angry Happy, dari segi pemilihan ewana justru kesan datar yang ditangkap tanpa ada bubuhan warna angry maupun happy. Wajah kucing yang ditampilkan menurut saya sudah melalui proses transformasi-walaupun pada dasarnya figure dalam karya ini adalah bentuk transformas- penggabungan wajah kucing dengan wajah manusia yang nampak jelas pada letak bibir, gigi dan alis kiri. Yang menurut saya sendiri unik adalah bagaimana seniman menampilkan wajah yang mampu menampiklan kesan marah dan senang dalam porsi yang tidak dibatasi senhingga tidak bias ditangkap apakah sebenarnya wajah tersebut tersenyum ataukah marah.

Intepretasi, Makna dan Penilaian

Karya yang ditampilkan dalam pameran Tracking and Finding ini mengusung bagaimana seni rupa berkembang . Fakta bahwa seni rupa merupakan suatu hasil dari proses gubahan, gubahan ini adalah hasil dari bagaimana manusia perpikir dan berperilaku.  Sebagaimana tergambar jelas dalam periodisasi dari seni yang mulanya tradisional, modern, postmodern dan kontemporer.   Menilik sekali lagi di karya berukuran 70 x 50 cm ini makna yang bisa ditangkap tentunya berkaitan dengan bagaimana seniman mengungkapkan bagaimana masyarakat tradisional menggunakan seni sebagai media dokumantasi serta pendekatan objek yang masih dimetaforakan.
Nahyu yang menggunakan konsep Dewi Baht yang diungkapkan dalam konteks kekinian agaknya menjadi suatu ungkapan bahwa bagaimanapun kehidupan dimasa ini masih mengakui dan meyakini adanya mitos dan kepercayaan gaib.  Selain itu penggunaan figur wanita dalam karyanyea memiliki artian bahwa dalam hal apapun terdapan du hal yang saling berkebalikan namun justru saling melengkapi. Ini senada dengan bagaimana Nahyu menggunakan kucing yang ditransformasikan dengan figure manusia serta raut marah dan bahagia yang menjadi satu.  Lalu bagaimana setiap orang memaknai dua hal yang saling berkebalikan namun satu ini? Tentunya dari sudut pandang mana seseorang melihat. Marah bias menjadikan suatu hal yang baik jika konteksnya positif. Kebahagiaan bias berarti sebaliknya jika konteksnya negatif.

            Menurut saya karya Angry Happy merupakan karya yang menarik dari segi subjek, komposisi serta tampilan visual. Teknik aquarel dalam karyanya juga sangat terasa serta penguasaan teknik cat air yang matang semakin mempercantik karyanya. Penampilan raut wajah kucing yang dieksekusi dengan detail secukupnya juga pas dengan pemilihan warna Nahyu yang  nampak tenang. Agaknya Nahyu memiliki alasan tersendiri mengapa ia tidak memfullcolorkan karyanya. Walaupun menurut saya pastinya akan lebih menjadikan karya ini menarik.  Sebagaimana karya Nahyu lain yang sangat menarik serta tetap  mengangkat wanita kucing, karya Angry Happy nya menjadi karya yang semakin mempertegas eksistensi kesenimananya serta penggunaan transformasi yang sangat mengekspresikan “Nahyu”. Terlebih ide yang dipilih dalam karyanya yaoitu menggunakan metafora serta transformasi kucing menjadikan karyanya lain dan unik. Bagaimanapun karya Angry Happy secara keseluruhan menurut saya adalah karya yang apik serta baik.

Minggu, 11 Januari 2015

Pink Dress




Kita hanya perlu waktu. Kita hanya perlu jarak. Kita hanya perlu kenangan.
Dan benang merah yang kau pilin akan terikat.
Padaku ataukah padanya.

ooOoo

Pagi masih enggan beranjak dari kota kecil ini,  suasana  jalanan pun nampak sepi dan lengang. Bukan hal yang baru memang,  apalagi ini bukanlah waktu liburan ataupun weekend  untuk  kota kecil yang terletak disamping sungai  besar.  Hari yang biasa untuk kota yang biasa, dari semua kelangangan itu, kesibukan mulai menggeliat dijalanan.
Jarum jam di pergelangan tangannya  kini menunjukkan pukul  tujuh  tepat.  Rena masih diam disana, duduk di halte dekat perempatan jalan. Ia mengenakan jaket merah muda yang melapisi dress selutut yang nampak longgar di tubuh mungilnya. Disampingnya berdiri laki-laki paruh baya yang nampak sibuk  mengetik pesan dan menelepon atau berkomunikasi –entah dengan siapa. Lalu seorang ibu muda dengan tas belanjaan besar  kosong yang nampak masih mengantuk dan  beberapa anak berseragam yang mulai cemas karena tak kunjung mendapat bus.  Sesaat  setelah itu bus antar kota  berhenti dan membawa serta penghuni halte tidak termasuk Rena.  Meninggalkan gadis merah jambu itu sendiri disudut halte.
Rena tersenyum, lirih ia berujar  “Akhirnya, aku ditinggalkan...”.
Mengekor bus yang mulai menjauh, Rena menangkap sosok yang amat dikenalnya, mengenakan jaket dan jeans hitam mengendarai  motor ninja yang hitam pula.  Dengan tersenyum Rena beranjak dan melambaikan kedua tangannya.
Dan disinilah dia, di tepi jalan dengan Ri si-serba hitam- yang enggan beranjak dari motornya.
Rena membiarkan sepi bertahan, tak ada ucapan apapun yang keluar dari bibir Ri. Sebagai sepasang kekasih Rena amat memaklumi sikap dingin Ri, bagaimanapun sikap Ri, Rena selalu menyukainya, bukan tanpa alasan namun karena memang tak ada satupun alasan yang  mampir dibenaknya kenapa ia menyukainya. Ri sudah sempurna dan tak ada alasan Rena mencintainya. Ia hanya cinta, itu saja.
“Em, sekarang apa?” Rena  membuka suara,  terdengar gugup seperti biasa. Rena merutuki dirinya, awalan yang aneh untuk memulai pembicaraan. 
“Kita akan pergi, naiklah...”. Ri menyodorkan helm berwarna putih untuk Rena kenakan dan Ri sadar ucapannya masih menggantung, mungkin tidak akan memuaskan tapi ini cukup untuk mengobati penasaran Rena yang amat bertanya-tanya. 
“kita akan kencan” Ri mengakhiri . 

Bersama semilir, kenangan menguar.
 Kita berlari mengejarnya hingga kita bertemu diujung sana.
Aku masih sama  dan kau sempurna.

Keduanya berhenti di kedai samping sungai besar di tepi kota. Sungai yang menghubungkan kota kecilnya dengan kota tetangga ini adalah salah satu tempat menarik yang banyak dikunjungi warga kota. Selain ada jembatan yang cukup unik-terlihat seperti jembatan yang dibangun di masa lampau dan masih menyisakan kemegahannya. Namun, pemandangan sekitar sungailah yang menjadi alasan besar warga mengunjungi tempat ini.

 Rena  memilih satu bangku panjang di sudut balkon kedai. Ri terlihat beda. Ia memang mengenakan kemeja seperti biasa, kemeja hitam dan ia juga mengenakan jaket hitam yang biasa, tak ada yang baru. Namun melihat Ri berdiri di sana, mengantri di antara kerumunan orang yang asing dan tak mengenalnya, Rena merasa ada sesuatu yang saling menghubungkan mereka berdua dan sesuatu yang berbeda, ini tidak sama, Ri yang disana Ri yang ia kenal dan Ri yang tak ia harapkan.

“Ri..” bibir Rena bergetar sementara matanya lekat menatapi sosok Ri yang semakin mendekat dan membawa jus untuk keduanya. Air mata menetes, Rena tahu inilah saatnya.
 Rena menyeruput jus strawberi yang baru saja Ri berikan. Ri bertanya-tanya apa yang membuat Rena menangis. Gadis itu hanya menggeleng.

“Ayo naik perahu!” seorang gadis berserangam SMA  berteriak sambil menunjuk-nunjuk kearah sungai memecah kesunyian yang  mulai memayungi Ri dan Rena.
“Tidak mauuu!!” jawab malas laki-laki yang berada dibelakang si gadis SMA.
“Kenapa?!, ayolah..”
“Kau tidak tahu ya, katanya pasangan kekasih yang naik perahu di sungai itu tidak akan pernah bisa bersama” si laki-laki menjelaskan.
Terlihat gadis SMA itu terdiam.
“Kita tidak akan pernah naik perahu itu” ucap si gadis SMA.
 Keduanya lalu pergi.

Rena memandangi Ri yang terlihat tertarik dengan pembicaraan bocah SMA tadi.
“Aku jadi ingat kita yang dulu”
“Hm”
“Apa kau ingat Ri...” Rena melirihkan suaranya, hal ini membuat Ri menoleh.
“Dulu kita bersepakat untuk, menaiki pe..” Rena menelan ludah.
 Menghentikan pernyataanya yang sukses membuat Ri kaget sejenak.
“ Menaiki perahu jika kita akan putus” lanjut Rena dengan mantap.
Ri masih diam seribu bahasa. Ekspresi Ri  yang tak berubah-tetap dengan wajah tenangnnya- mengundang resah yang lebih dalam di hati Rena.
“Haha,  lupakan saja, kita masih SMA saat itu” Rena terkekeh kecil. Rena sadar ia tampak menyedihkan.

“Ren”
“Ya...”
“Hei Ri, jus ini aneh.. harusnya strawberi kan manis dan asam tapi kenapa sekarang semuanya terasa asam ya”  lanjut Rena tanpa membiarkan Ri melanjutkan perkataannya.
“Ren ada beberapa hal yang harus dibicarakan” sergah Ri.
Rena tersentak. Bulir air matanya turun.
“Ayo kita naik perahu!”. Rena berujar mantap sambil menatap Ri lekat. Ri tahu Rena hanya menguatkan hatinya. Bukanlah Rena yang berdosa kini, sepenuhnya Ri yang bersalah. Mungkin menyakitkan  tapi melihat Rena yang terus tersenyum untuknya  menjadi suatu hal yang lebih menyakitkan. Ini lebih baik meski sakit.

..Cinta ini melukaiku, perih saat selalu kucoba melangkah, tersadar bahwa akhirnya aku siap terbang dan meninggalkanmu..

Rena bukan lah orang yang suka terlalu lama menunggu, ia tahu pasti segala sesuatu bisa saja terjadi. Awalnya ia mengira hanya ia satu-satunya yang bisa membuat Ri yang seperti es mencair dan hangat. Namun, dua tahun terpisah bukanlah waktu yang sebentar. Apa yang kau harapkan dari seseorang yang selalu bilang aku ada disana nyatanya tidak. Rena bahkan tahu siapa yang telah menggantikannya selama ini. Seseorang yang jauh lebih cantik dan tinggi dari pada Rena . Fera, teman sekampus Ri  yang mempesona. Fera lah yang disana. Disaat Rena hanya bisa mengetikkan pesan di ponsel. Fera menemaninya dengan ketulusan. Inilah saatnya. Rena hanya tak mau terlalu lama menunggu karena ia tahu, Ri hanya tak sanggup meninggalkanya dan Rena tahu  Ri sangat tersiksa.  Ri pasti meninggalkanya dan dengan lebih dulu memulai, Rena tahu hal ini akan meringankan bebannya. Terkadang kita harus memilih dan mengorbankan bukan?.

Gadis itu berjalan menjauh perlahan, tak ada pikiran apapun dalam benaknya hanya air mata yang tak henti menetes. Rena berhenti sesaat, menoleh ke kiri dan menemukan Ri di sana, hanya terduduk diam dan tak melakukan apa-apa.

Ri akhirnya berjalan mendekat. Mata Ri yang datar memandang sepatu Rena, mengacuhkan dressnya, membeku di hadapan Rena , lalu matanya tak bergerak dari wajah gadis di hadapannya. Ia memandang Rena, gadis yang hampir tiga tahun menjadi kekasihnya. Ia mencoba menemukan kekecewaan dari pernyataan Rena yang barusan ia dengar. Tangannya menggenggam tangan Rena yang terasa kecil dan dingin.
“ Aku selalu menyukaimu”
“Maafkan aku Rena” Ri mengucapkanya dengan tenang namun terdengar berat dan menyakitkan bagi Rena.
“Aku tau...”
“Cukup. Kau tahu dimana letak hatiku”
Rena mengadahkan wajahnya mencoba menemukan tatapan Ri untuknya.
Rena tersenyum, selembar kehangatan merambat di antara kepekatan udara. Kedua tangan yang sebelumnya digenggam Ri kini ia tarik dan ia sembunyikan di balik saku jaketnya. Ia menarik napas dalam-dalam, ada sesuatu dalam ekspresinya yang menyimpan banyak kata. Mungkin suatu berakhir hari ini tapi di hari hari berikutnya suatu yang baru akan hadir dari segala sesuatu yang ada didunia ini bukankan semuanya akan menemui akhir. Tak ada yang sempurna dan abadi dalam bentuknya. Bahkan jika itu cinta, Rena tau abadi bukan milik masa ini. Rena masih berjalan menuggu bus yang akan membawanya kembali, ia tak pernah menoleh lagi pada Ri.

ooOoo

Sungguh aku sudah bertahan disini, diatas kekosongan yang menghampiri. Kau tanya apa aku baik-baik saja dan ku jawab tidak.  Kau tahu dimana letak hatiku, kau terpana. Tak apa akan kubiarkan disana, hatiku.... padamu.


Selasa, 14 Januari 2014

Tentang Amethyst


Amethyst adalah mineral yang sangat terkenal, namun ada juga yang menyebut mineral ini sebagai batu permata. sebenarnya Amethyst masih golongan Quartz namun yang bewarna ungu. Amethyst adalah golongan Quartz yang paling berharga. namanya berasal dari Amitystos dari yunani yang berarti tidak mabuk. hal ini karena di zaman kuno amethyst adalah mineral untuk menangkal mabuk. namun meskipun indah, beberapa spesimen amethyst akan memudar warnanya jika terlalu lama terkena cahaya.

Amethyst yang dimanfaatkan sebagai batu permata biasanya di panaskan terlebih dahulu, hal ini agar warna mineral menjadi lebih indah, atau untuk mengubahnya menjadi Citrine. beberapa varietas bahkan berubah menjadi warna hijau muda yang biasa di beri nama Prasiolite, atau Amethyst Hijau.

Amethyst yang paling umum adalah sebagai kristal berbentuk piramida kecil. meskipun di beberapa daerah seperti meksiko terkenal dengan Amethyst yang di produksi dalam bentuk kristal prismatik yang sangat elegan, dan hal ini membuat Amethyst dari meksiko sangat dihargai dan diinginkan oleh para kolektor. selain itu Amethyst juga membentuk lapisan internal geodes, beberapa diantaranya bisa lebih dari 10 meter dan beratnya mencapai beberapa ton.

Amethys adalah salah satu permata yang paling populer, memiliki warna yang indah dan cukup terkenal. namun termasuk permata yang murah dan banyak digunakan. kebanyakan Amethyst Faceted digunakan sebagai pemotong perhiasan, dan beberapa pemotong cabochons. namun banyak juga yang memilik menggunakan Amethyst menjadi ukiran ornamen.

Amethys juga sangat populer di kalangan kolektor mineral, bagian geode kecil biasanya di jual ke kolektor amatir, sedangkan untuk kolektor yang serius dan kelas atas akan memilih untuk yang kristal prismatik langka dan bagian geode raksasa. 

Amethys juga disebut sebagai batu kecubung. Sejarah batu kecubung membawa kita kembali ke cerita mitologi Yunani-Romawi. Menurut mitologi tersebut, Bacchus -sang dewa anggur- memiliki dendam kepada Diana. Untuk membalas dendam, Bacchus menyatakan bahwa orang pertama yang dia temui dalam perjalanan melalui hutan akan dimakan oleh harimau miliknya.


Orang pertama yang bertemu dengan Bacchus ternyata adalah seorang gadis cantik bernama Amethyst yang sedang dalam perjalanan untuk menyembah di kuil Diana. Saat diserang, Amethyst memanggil Diana untuk menyelamatkannya. Diana kemudian mengubah Amethyst menjadi sosok batu putih bersih dan berkilau. Menyadari kesalahannya, Bacchus kemudian menuangkan anggur pada batu tersebut sehingga membuat batu kecubung berwarna keunguan.

Pada masa Roma kuno, batu kecubung akan dimasukkan dalam gelas anggur untuk mencegah peminumnya menjadi terlalu mabuk. Selain itu, orang Mesir kuno percaya batu kecubung memiliki kekuatan yang digunakan untuk menjaga makam firaun. Selama periode abad pertengahan, batu kecubung digunakan sebagai obat untuk mencegah kantuk, mempertajam kecerdasan, melindungi pemakainya dari sihir, dan membawa kemenangan dalam pertempuran.

Menurut mitologi Arab, batu kecubung (amethyst) akan melindungi pemakainya dari mimpi buruk dan asam urat, serta dianggap sebagai batu kesetiaan dan kekuasaan.